Skip to main content

Traktiran Buku Pangeran Kunang-kunang


doc.irero

Buku ini saya dapat dari seorang kawan -yang memilih untuk bertanya langsung kepada saya melalui sambungan telefon, “Kamu lebih suka buku ‘Seperti Rindu, Dendam Harus di Bayar Tuntas’nya Eka Kurniawan atau ‘Cerita Buat Para Kekasih’nya Agus Noor?" Sepertinya ia ingin membayar ‘Gelombang’ yang terlebih dulu saya kirim untuknya. “Bagaimana kalau kau serahkan saja Norwegian Woodmu!?” kataku mencoba menawar dan langsung ditolak mentah-mentah. Kalau begitu terserah, toh keduanya belum saya miliki. Lalu, dipilihlah buku milik si Pangeran Kunang-kunang. Pertimbangannya, mungkin ia memperhatikan betul undangan pernikahan saya yang menyematkan sekelumit puisi milik Agus Noor.

Putri, Mila dan karib saya yang lain memang lebih suka bertanya secara langsung ketika hendak mentraktir buku. Kejutan tanpa pertimbangan yang pas justru bisa berbuah kesia-siaan. Orang yang gemar membaca buku belum tentu senang dengan semua judul buku, belum tentu pula mereka mengikhlaskan waktu untuk membaca apa saja. “So many books so little time”, begitulah alasannya. Bertanya menjadi keputusan yang tepat meski si penjawab akan menawar judul buku lain yang biasanya lebih langka bin mahal.

Buku bersampul dominan putih ini sudah beberapa bulan mendekam di antara tumpukan buku lain. Miris memang, karena baru bulan lalu saya berhasil merampungkannya. Sebuah kumpulan cerita yang sistematis. Kisahnya beragam tapi dibuat menjadi serangkaian melalui payung ‘Cerita Buat Para Kekasih’. Dari kisah pertama ‘Seorang Wanita dan Jus Mangga’, saya kira Agus Noor adalah seorang yang membiarkan dirinya dilahap imajinasi.

“Bisakah kau bayangkan, kesakitan seperti apa ketika kulit kepalamu perlahan-lahan dikelupas?”

Tanpa tadang aling-aling ia bercerita, suka saja, tanpa membayangkan kengerian di benak pembaca.

Kadang saya merasa ada ‘kejutan-kejutan’ milik AS Laksana, kadang pula muncul sikap ‘kritis’ milk Eka Kurniawan, ada pula bahasa ‘puitis’ milik Aan Mansyur. Tapi ketika menemukan ‘kunang-kunang’, saya yakin betul, itu milik Agus Noor seorang. Bukan kunang-kunang milik Agus Noor tapi, Agus Noor milik kunang-kunang. Ia punya simpanan jutaan cerita mengenai kunang-kunang.

Hemat saya, mungkin awal mula cerita kunang-kunang adalah dari kegelisahan atas ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya, dan ia merasa hanya binatang misterius itulah replika yang tepat untuk menyuarakan kebenaraan. Thomas dan Azizah, kisah cinta beda agama yang meneror mental mereka yang gemar berkoar-koar, dan kisah Akuarium yang Agus Noor sulap menjadi tempat ngeri dan menjijikkan. ‘Kunang-kunang di Langit Jakarta mengendap dalam otak saya melebihi 31 judul lainnya. Di sana binatang kecil itu menjadi harapan, penolak lupa atas tragedi ’98.

Konon katanya kunang-kunang adalah binatang yang dekat dengan kuburan dan kematian, tapi Agus Noor membuatnya lebih pedih dari yang kebanyakan orang bayangkan. Ia mengembalikan suara mereka yang terbungkam. Melintasi generasi, mencakup semua segi. Ia mengangkat banyak tragedi dan menutupnya dengan kisah bom Bali.

Terima kasih, Milla. Buku ini sungguh tidak cocok untuk para kekasih!

Comments

  1. What's the difference between making money from gambling? - Work
    How can you earn money from gambling? 메리트 카지노 — How can you 카지노 earn money from gambling? · How do you make money from gambling? · หารายได้เสริม How do I earn money from gambling?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

China Diserang Pneumonia, Indonesia Tak Perlu Panik!

Unsplash.com/Diana Polekhina Pasca membaik dari Covid 19, publik kembali dikhawatirkan dengan berita munculnya wabah baru Pneumonia. Entah kebetulan atau bukan tapi wabah ini lagi-lagi datang dari negara tempat bermulanya Covid 19 yaitu China. Kasus pneumonia ini pertama dilaporkan pada 13 november 2023 lalu. Global times menyebut rumah sakit anak di China sudah kewalahan menerima pasien yang berjumlah rata-rata mencapai 9378 setiap harinya. WHO sendiri mengaku memantau mengenai peningkatan pneumonia yang sedang terjadi di China.  Prof Francois Balloux dari University College London menyebut adanya istilah hutang imunitas. Lockdown yang terjadi ketika covid 19 memicu fenomena keluarnya gelombang infeksi pernapasan. China sendiri diketahui melakukan lockdown lebih lama dibanding dengan negara-negara lain sehingga potensi terpaparnya akan lebih besar. Menanggapi fenomena yang tejadi di negaranya, Mi Feng selaku Komini Kesehatan Nasional menyampaikan bahwa pihaknya telah mengupayakan bebe

Jurus Anti Rugi Hidup di Era Digital!

      Sumber : Doc.Pribadi/irerosanaullail   Rugi banget kalau kita hidup di era digital dengan segala kemajuan dan kemudahan dalam berbagai hal tapi kita malah memilih rebahan di rumah dan menjadi penonton serta penikmat dari buah kemajuan tersebut. Kenapa tidak mencoba mengambil peran dan memaksimalkan diri di era ini?! Mulai berbisnis contohnya. Era digital bisa dibilang sangat ramah kepada para pebisnis. Maraknya sosial media serta keberadaan aneka marketplace memudahkan para pelaku bisnis pemula untuk memasarkan produk-produknya. Tentunya kesempatan ini amat sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Salah satu bisnis yang cukup diminati di era digital adalah kuliner. Bisnis kuliner digadang-gadang tidak akan pernah mati. 271 juta jiwa penduduk Indonesia butuh makan untuk melanjutkan hidup. Itulah salah satu alasan mengapa bisnis kuliner akan senantiasa panjang umur. So , tidak ada salahnya jika kita juga melirik bisnis ini. Masalahnya adalah, apa yang ingin dijual? Di sin

100 Blogger dan Sejuta Optimisme dalam Anniversary ke 9th Bloggercrony

  dokpri/irerosana “Hiduplah seolah-olah kamu akan mati besok. Belajarlah seolah-olah kamu hidup selamanya.” Itulah quotes yang menjadi pecutan saya untuk terus mengembangkan diri khususnya di dunia tulis menulis. Menjadi seorang blogger memang dituntut untuk terus belajar dan belajar karena itulah salah satu amunisi yang bisa kita pakai untuk bisa terus menulis. Belajar tidak melulu harus di depan buku dan laptop. Berinteraksi dan berkumpul antar sesama blogger pun bisa menjadi jalan untuk menambah ilmu. Keyakinan itulah yang saya bawa ketika hadir pada perayaan 9 tahun Bloggercrony yang diadakan di Carro Indonesia Pondok Indah. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menjalin relasi serta menimba ilmu dengan bertemu kurang lebih 100 blogger dari berbagai daerah di Indonesia. Usia saya di Bloggercrony memang masih seumur jagung, baru beberapa bulan bergabung dan bahkan belum genap setahun. Ibarat bayi saya masih belajar untuk merangkak secara tegak. Karena itulah perayaan